Selasa, 18 Desember 2012

PERANAN MONUMEN JOGJA KEMBALI SEBAGAI TEMPAT WISATA PENDIDIKAN


PERANAN MONUMEN JOGJA KEMBALI
SEBAGAI TEMPAT WISATA PENDIDIKAN


BAB I

PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

Yogyakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia, yang mendapat gelar The League of Historical Cities bersama 88 kota besar bersejarah seperti Kyoto, Paris, London, Boston, dan sebagainya. Gelar itu diberikan lantaran Yogyakarta kaya akan situs atau peninggalan masa lalu, yang unik dan khas. Misalnya seni arsitektur tempat tinggal, benteng, keraton, sistem perkampungan, fasilitas ekonomi (pasar), alat transportasi, makanan (kuliner), bahasa, dan lain-lain.
Sebagian besar benda-benda peninggalan bersejarah itu, disimpan dalam museum yang tersebar di berbagai penjuru kota. Karena banyak museum itu pula, Yogyakarta kemudian diberi julukan Kota Museum. Salah satu museum bersejarah yang menjadi kebanggaan masyarakat Jogjakarta adalah Monumen Jogja Kembali dengan penggagasnya Kolonel Soegiarto, Wali Kota Yogyakarta saat itu. Monumen Jogja Kembali ini dibangun pada tanggal 29 Juni 1985 dan terletak di garis poros sumbu imajiner antara Laut Selatan - Panggung Krapyak - Keraton - Tugu Pal Putih dan Gunung Merapi. Monumen yang dibangun untuk mengenang peristiwa pertempuran yang berlangsung tanggal 1 Maret 1949, yang disebut "Serangan Oemoem Satoe Maret" ini merupakan tempat yang sangat strategis untuk  membantu generasi muda, khususnya siswa sekolah agar bisa  mempelajari sejarah maupun asal muasal bangsa dan perjuangannya. Dengan demikian, mereka tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang bangsanya melalui teori dalam pelajaran di sekolah. Tapi juga bisa melihat langsung benda peninggalan sejarah yang menjadi koleksi museum, sehingga siswa bisa mengapresiasikannya. Dari uraian dan pembahasan diatas penulis membuat karya tulis yang berjudul “ PERANAN MONUMEN JOGJA KEMBALI SEBAGAI TEMPAT WISATA PENDIDIKAN

1.2  Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :
  Bagaimanakah peranan Monumen Jogja Kembali sebagai tempat wisata pendidikan 

1.3  Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan karya tulis ini penulis menggunakan metode dan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1.      Observasi, yaitu pengamatan langsung pada objek tujuan.
2.      Mengumpulkan data dari sumber yang relevan, dan dapat memeperkuat hasil laporan.

1.4  Tujuan Penulisan Karya  Tulis

Tujuan pembuatan karya tulis ini adalah :
1.      Sebagai salah satu syarat mengikuti UAS/UAN Tahun Pelajaran 2010-2011.
2.      Untuk mengetahui peranan keberadaan Monumen Jogja Kembali sebagai Tempat Wisata Pendidikan
3.      Melatih siswa untuk berfikir logis, sistematis dan ilmuah.
4.      Memperluas pengetahuan dan daya kreatif siswa.
5.      Melaporkan hasil kunjungan secara sistematis dan ilmiah.
6.      Berlatih menemukan permasalahan dan mencari alternative pemecahan masalah tersebut
7.      Untuk menambah koleksi perpustakaan

BAB II

TINJAUAN UMUM


2.1  Sejarah Singkat

Monumen Yogya Kembali dibangun pada tanggal 29 Juni 1985 disertai dengan upacara tradisional yakni penanaman kepala kerbau dan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII. Adapun gagasan pendirian monumen yang berskala nasional ini dilontarkan oleh Kolonel Soegiarto selaku Walikota Yogyakarta dalam peringatan Yogya Kembali yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1983. Gagasan tersebut disambut baik oleh DHD "45 Propinsi DIY, para pelaku sejarah antara lain DR. Ruslan Abdulgani, Bapak Marsudi (mantan Komandan SWK 101), tokoh masyarakat, sejarawan, dan budayawan.
Dipilihnya nama "Jogja Kembali" dikandung maksud sebagai tetenger tonggak sejarah peristiwa ditarik mundurnya tentara Belanda dari Ibukota Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949 dan kembalinya Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan beberapa petinggi lainnya pada tanggal 6 Juli 1949 di Yogyakarta. Hal tersebut dipandang sebagai titik awal bangsa Indonesia secara nyata bebas dari cengkeraman penjajah, khususnya Belanda yang menentukan bagi kelangsungan hidup bangsa yang merdeka dan berdaulat. Dilihat dari bentuknya Monumen Yogya Kembali berbentuk kerucut / gunungan dengan ketinggian 31,80 meter adalah sebagai gambaran “Gunung Kecil” ditempatkan di sebuah lereng Gunung Merapi. Gunung Merapi ini sangat berarti bagi masyarakat Yogyakarta baik secara simbolik maupun faktual. Muntahan lava Gunung Merapi memberikan kesuburan bagi daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, sementara itu konturnya di langit selalu menghias cakrawala Yogyakarta dimanapun orang berada, dari gunung Merapi pula sungai Winongo dan Code yang mengalir melalui kota Yogyakarta.
Secara simbolik bersama laut selatan (Istana Ratu Kidul) yang berfungsi sebagai “Yoni” dan gunung Merapi sebagai “Lingga” merupakan suatu kepercayaan yang sangat tua dan berlaku sepanjang masa. Bahkan sementara orang menyebut Monumen Yogya Kembali sebagai tumpeng raksasa bertutup warna putih mengkilat, dalam tradisi Jawa tumpeng seolah-olah sebagai bentuk gunung yang dapat dihubungkan dengan kakayon atau gunungan dalam wayang kulit, yang melambangkan kebahagiaan / kekayaan kesucian dan sebagai penutup setiap episode perjuangan bangsa. Monumen Yogya Kembali ini diresmikan pembukaannya oleh Presiden Soeharto pada tanggal 6 Juli 1989 dengan upacara yang disertai penandatanganan prasasti. Saat ini Monumen Jogja Kembali dikelola oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.

2.2 Letak Geografis

Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta, luasnya 1.485,36 km2 (148.536 ha), atau 46,63% Secara geografis terletak antara 110O21’ – 110O50’ BT dan 7O 46’ – 8O09’ LS, dan berbatasan :
· Di sebelah barat dengan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman,
· Di sebelah utara dengan Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo,
· Di sebelah timur dengan Kabupaten Wonogiri, dan
· Dengan Samudera Hindia di sebelah selatan.


2.3  Koleksi Monumen Jogja Kembali

Monumen Jogja Kembali didalamnya terdapat museum yang terdiri dari 3 lantai yang dilengkapi perpusatakaan dan ruang serba guna. Pada lantai 1 terdapat benda-benda koleksi: replika, foto, dokumen, heraldika, berbagai jenis senjata, patung, meriam, bentuk evokatif dapur umum dalam suasana perang kemerdekaan 1945-1949. Tandu dan dokar (kereta kuda) yang pernah dipergunakan oleh Panglima Besar Jendral Soedirman juga disimpan di sini.

A.    Taman Dan Sekitarnya

1.      Replika Pesawat Cureng , Pesawat ini sumbangan dari KSAU Marsekal Madya Rilo Pambudi, tanggal 29 juni 1994.
2.      Meriam PSU - S60 kaliber 57 mm dan Meriam PSU Bofors L - 60 kaliber 40 mm. Meriam ini sumbangan dari Kasad, diambil dari Gudbalkir, Guspusgat dan optic Sidoarjo, Jawa Timur tanggal 28 April 1996.
3.      Replika Pesawat Guntai. Pesawat ini sumbangan dari KSAU Marsekal pertama Sutria Tubagus pada tanggal 29 juli 1996.
4.      Meriam PSU - S60 kal. 57 mm dan PSU Bofors L-60 kal. 40 mm.
5.      Daftar nama – nama 420 Pahlawan yang gugur antara 19 Desember 1948 hingga 29 Juni 1949 serta puisi Karawang Bekasi-nya Chairil Anwar untuk pahlawan yang tidak diketahui namanya.

B.     Koleksi Lantai Satu

1.      Patung Dada Panglima Besar Jenderal Sudirman dan Letnan Jenderal Oerip Soemoharjo.
2.      Panil foto pelaksanaan Pembangunan Monumen Jogja Kembali.
3.      Patung foto Imam Bonjol ( 1722 - 1864 ).
4.      Meriam Jugo M - 48.
5.       Meriam PSU akan Bofors.
6.       Patung Teungku Umar ( 1854 - 1899 ).
7.       Patung Tjut Nya dien ( 1850 - 1908 ).
8.       Dinding Ruang Serbaguna.

C.    Koleksi Museum

Ruang museum yang merupakan ruang pamer tetap dengan tema “Seputar
Pelaksanaan Serangan Umum 1 Maret 1949”.
1.      Peta Timbul Serangan Umum 1 Maret 1949
2.      Seperangkat Meja Kursi
3.      Vitrin Sudut
4.      Dinding Ruang Museum Sebelah Utara
5.      Meja Kerja Sri Sultan Hamengkubuwono IX
6.      Meja Kerja Sri Paduka Paku Alam VIII
7.      Bagan Susunan Pemerintahan.

D.    Koleksi Relief

Ø  Di lantai II pada lapik luar pagar langkan yang mengelilingi tubuh Monumen dipaparkan 40 epiode relief yang menggambarkan perjuangan fisik, diplomasi bangsa Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 hingga tanggal 28 Desember 1949 ketika Presiden Soekarno akan meninggalkan kota Yogyakarta.



E.     Koleksi Diorama

Ø  Di dalam bangunan tepatnya dilantai II, disajikan10 episode dengan ukuran life size yang menggambarkan perjuangan fisik diplomasi bangsa Indonesia sejak Agresi Militer Belanda kedua tanggal 19 Desember 1948, Serangan Umum 1 Maret, Perjanjian Roem Royen  hingga Peringatan Proklamasi keempat tanggal 17 Agustus 1949 di Gedung Agung Yogyakarta.

F.     Ruangan Garbha Graha

Ø  Lantai teratas merupakan tempat hening berbentuk lingkaran, dilengkapi dengan tiang bendera yang dipasangi bendera merah putih di tengah ruangan, Unit Kata Mutiara (Pesan Pelaku Pejuang) relief gambar tangan yang menggambarkan perjuangan fisik pada dinding barat dan perjuangan diplomasi pada dinding timur. Ruangan bernama Garbha Graha itu berfungsi sebagai tempat mendoakan para pahlawan dan merenungi perjuangan mereka.












BAB III

TINJAUAN KHUSUS


3.1 Landasan Teori
Pertempuran yang dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret inilah yang menjadi awal pembuktian pada dunia internasional bahwa TNI masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan serta menyatakan bahwa Republik Indonesia masih ada. Hal ini dibuktikan setelah Tentara Nasional Indonesia (TNI) berhasil menduduki Kota Yogyakarta selama enam jam, dan berhasil memukul mundur pasukan Belanda. Hal ini tentu mematahkan propaganda yang dimunculkan oleh pihak Belanda yang menyatakan Republik Indonesia sudah tidak ada. Untuk mengenang peristiwa sejarah perjuangan bangsa, pada tanggal 29 Juni 1985, atas gagasan Kolonel Soegiarto, Wali Kota Yogyakarta saat itu maka dibangun Monumen Yogya Kembali (Monjali). Peletakkan batu pertama monumen setinggi 31,8 meter dilakukan oleh HB IX setelah melakukan upacara tradisional penanaman kepala kerbau. Empat tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 6 Juli 1989, bangunan ini selesai dibangun. Pembukaannya diresmikan oleh Presiden Suharto dengan penandatanganan Prasasti. Seiring berkembangnya zaman, Monumen Jogja Kembali kini menjadi salah satu tempat yang cukup diminati pengunjung yang ingin berekreasi sambil mempelajari tentang sejarah. Terutama kalangan pelajar. Dengan dilakukannya kegiatan tersebut diharapkan agar generasi muda dapat lebih  memahami tentang sejarah dan dapat mengapresiasikan dalam kehidupannya.


3.2.      Pemecahan Masalah

Setelah penulis mengadakan pengamatan lokasi Monumen Jogja Kembali dan mencari informasi dari beberapa sumber, penulis dapat mengetahui peranan Monumen Jogja Kembali sebagai tempat wisata pendidikan. Dalam peranannya sebagai tempat wisata pendidikan, Monumen Jogja Kembali dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan tujuannya yaitu, untuk membantu para generasi muda dalam memahami sejarah secara lebih dekat dan menyenangkan. Sehingga para generasi muda  tidak akan merasa bosan karena selama ini mereka hanya bisa mendengar perjalanan perjuangan melalui  guru-guru sejarah di sekolah, atau cerita seorang kakek pada cucunya. Dengan adanya Monumen Yogya Kembali para generasi muda dapat lebih mudah mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana kemerdekaan itu tercapai. Dengan melihat berbagai diorama, relief yang terukir atau koleksi pakaian hingga senjata yang pernah dipakai oleh para pejuang kemerdekaan.













BAB IV
PENUTUP


4.1  Kesimpulan

Setelah penulis melakukan observasi dan mencari informasi dari berbagai sumber, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Monumen Jogja Kembali merupakan tempat yang  cocok untuk berwisata sambil mempelajari tentang sejarah perjuangan pada masa lalu. Mayoritas pengunjung yang datang berasal dari kalangan pelajar. Disana para pengunjung dapat menyaksikan labih dekat tentang gambaran perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Melalui relief-relief dan diorama yang menceritakan bagaimana sengitnya pertempuran yang terjadi antara rakyat Indonesia melawan para penajajah. Melalui hal tersebut, tentu saja sangat membantu para pengunjung terutama kalangan pelajar untuk mempelajari sejarah secara lebih dekat dan menyenangkan.

4.2  Saran
Di akhir karya tulis ini, penulis ingin memberi saran  kepada :
1.      Pengurus Monumen Jogja Kembali
Sebaiknya Museum dijaga dengan ketat dari para pengemis dan gelandangan yang memanfaatkan kesempatan untuk berbagai kepentingan. Dan juga, sebaiknya fasilitas dan kebersihan serta keamanan museum lebih ditingkatkan untuk menjaga suasana yang kondusif.
2.      Pembaca
Untuk dapat memanfaatkan karya tulis ini guna menambah pengetahuan, dan memahami benar-benar tentang isi dari karya tulis.

1 komentar: