PERANAN MONUMEN JOGJA KEMBALI
SEBAGAI TEMPAT WISATA PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Yogyakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia,
yang mendapat gelar The League of Historical Cities bersama 88 kota besar
bersejarah seperti Kyoto, Paris, London, Boston, dan sebagainya. Gelar itu
diberikan lantaran Yogyakarta kaya akan situs atau peninggalan masa lalu, yang
unik dan khas. Misalnya seni arsitektur tempat tinggal, benteng, keraton,
sistem perkampungan, fasilitas ekonomi (pasar), alat transportasi, makanan
(kuliner), bahasa, dan lain-lain.
Sebagian besar benda-benda peninggalan bersejarah
itu, disimpan dalam museum yang tersebar di berbagai penjuru kota. Karena
banyak museum itu pula, Yogyakarta kemudian diberi julukan Kota Museum. Salah
satu museum bersejarah yang menjadi kebanggaan masyarakat Jogjakarta adalah
Monumen Jogja Kembali dengan penggagasnya Kolonel Soegiarto, Wali Kota
Yogyakarta saat itu. Monumen Jogja Kembali ini dibangun pada tanggal 29 Juni
1985 dan terletak di garis poros sumbu imajiner antara Laut Selatan - Panggung
Krapyak - Keraton - Tugu Pal Putih dan Gunung Merapi. Monumen yang dibangun
untuk mengenang peristiwa pertempuran yang berlangsung tanggal 1 Maret 1949,
yang disebut "Serangan Oemoem Satoe Maret" ini merupakan tempat yang
sangat strategis untuk membantu generasi
muda, khususnya siswa sekolah agar bisa
mempelajari sejarah maupun asal muasal bangsa dan perjuangannya. Dengan
demikian, mereka tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang bangsanya melalui
teori dalam pelajaran di sekolah. Tapi juga bisa melihat langsung benda
peninggalan sejarah yang menjadi koleksi museum, sehingga siswa bisa
mengapresiasikannya. Dari uraian dan pembahasan diatas penulis membuat karya
tulis yang berjudul “ PERANAN MONUMEN JOGJA KEMBALI SEBAGAI TEMPAT WISATA
PENDIDIKAN
1.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis
dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut :
“
Bagaimanakah peranan Monumen Jogja Kembali sebagai tempat wisata
pendidikan ”
1.3 Metode dan Teknik
Pengumpulan Data
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis menggunakan
metode dan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Observasi,
yaitu pengamatan langsung pada objek tujuan.
2. Mengumpulkan
data dari sumber yang relevan, dan dapat memeperkuat hasil laporan.
1.4 Tujuan Penulisan
Karya Tulis
Tujuan
pembuatan karya tulis ini adalah :
1. Sebagai
salah satu syarat mengikuti UAS/UAN Tahun Pelajaran 2010-2011.
2. Untuk
mengetahui peranan keberadaan Monumen Jogja Kembali sebagai Tempat Wisata
Pendidikan
3. Melatih
siswa untuk berfikir logis, sistematis dan ilmuah.
4. Memperluas
pengetahuan dan daya kreatif siswa.
5. Melaporkan
hasil kunjungan secara sistematis dan ilmiah.
6. Berlatih
menemukan permasalahan dan mencari alternative pemecahan masalah tersebut
7. Untuk
menambah koleksi perpustakaan
BAB II
TINJAUAN UMUM
2.1 Sejarah Singkat
Monumen Yogya Kembali dibangun pada tanggal 29 Juni
1985 disertai dengan upacara tradisional yakni penanaman kepala kerbau dan
peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengkubuwana IX dan Sri Paduka Paku
Alam VIII. Adapun gagasan pendirian monumen yang berskala nasional ini dilontarkan
oleh Kolonel Soegiarto selaku Walikota Yogyakarta dalam peringatan Yogya
Kembali yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Yogyakarta pada
tanggal 29 Juni 1983. Gagasan tersebut disambut baik oleh DHD "45 Propinsi
DIY, para pelaku sejarah antara lain DR. Ruslan Abdulgani, Bapak Marsudi
(mantan Komandan SWK 101), tokoh masyarakat, sejarawan, dan budayawan.
Dipilihnya nama "Jogja Kembali" dikandung
maksud sebagai tetenger tonggak sejarah peristiwa ditarik mundurnya tentara
Belanda dari Ibukota Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949 dan kembalinya
Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan beberapa petinggi lainnya
pada tanggal 6 Juli 1949 di Yogyakarta. Hal tersebut dipandang sebagai titik
awal bangsa Indonesia secara nyata bebas dari cengkeraman penjajah, khususnya
Belanda yang menentukan bagi kelangsungan hidup bangsa yang merdeka dan
berdaulat. Dilihat dari bentuknya Monumen Yogya Kembali berbentuk kerucut /
gunungan dengan ketinggian 31,80 meter adalah sebagai gambaran “Gunung Kecil”
ditempatkan di sebuah lereng Gunung Merapi. Gunung Merapi ini sangat berarti
bagi masyarakat Yogyakarta baik secara simbolik maupun faktual. Muntahan lava
Gunung Merapi memberikan kesuburan bagi daerah Istimewa Yogyakarta dan
sekitarnya, sementara itu konturnya di langit selalu menghias cakrawala
Yogyakarta dimanapun orang berada, dari gunung Merapi pula sungai Winongo dan
Code yang mengalir melalui kota Yogyakarta.
Secara simbolik bersama laut selatan (Istana Ratu
Kidul) yang berfungsi sebagai “Yoni” dan gunung Merapi sebagai “Lingga”
merupakan suatu kepercayaan yang sangat tua dan berlaku sepanjang masa. Bahkan
sementara orang menyebut Monumen Yogya Kembali sebagai tumpeng raksasa bertutup
warna putih mengkilat, dalam tradisi Jawa tumpeng seolah-olah sebagai bentuk
gunung yang dapat dihubungkan dengan kakayon atau gunungan dalam wayang kulit,
yang melambangkan kebahagiaan / kekayaan kesucian dan sebagai penutup setiap
episode perjuangan bangsa. Monumen Yogya Kembali ini diresmikan pembukaannya oleh
Presiden Soeharto pada tanggal 6 Juli 1989 dengan upacara yang disertai
penandatanganan prasasti. Saat ini Monumen Jogja Kembali dikelola oleh
Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
2.2 Letak Geografis
Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta, luasnya 1.485,36
km2 (148.536 ha), atau 46,63% Secara geografis terletak antara 110O21’
– 110O50’ BT dan 7O 46’ – 8O09’ LS, dan
berbatasan :
· Di sebelah barat dengan Kabupaten Bantul dan
Kabupaten Sleman,
· Di sebelah utara dengan Kabupaten Klaten dan
Kabupaten Sukoharjo,
· Di sebelah timur dengan Kabupaten Wonogiri, dan
· Dengan Samudera Hindia di sebelah selatan.
2.3
Koleksi
Monumen Jogja Kembali
Monumen Jogja Kembali didalamnya terdapat museum
yang terdiri dari 3 lantai yang dilengkapi perpusatakaan dan ruang serba guna.
Pada lantai 1 terdapat benda-benda koleksi: replika, foto, dokumen, heraldika,
berbagai jenis senjata, patung, meriam, bentuk evokatif dapur umum dalam
suasana perang kemerdekaan 1945-1949. Tandu dan dokar (kereta kuda) yang pernah
dipergunakan oleh Panglima Besar Jendral Soedirman juga disimpan di sini.
A.
Taman
Dan Sekitarnya
1. Replika
Pesawat Cureng , Pesawat ini sumbangan dari KSAU Marsekal Madya Rilo Pambudi,
tanggal 29 juni 1994.
2. Meriam
PSU - S60 kaliber 57 mm dan Meriam PSU Bofors L - 60 kaliber 40 mm. Meriam ini
sumbangan dari Kasad, diambil dari Gudbalkir, Guspusgat dan optic Sidoarjo,
Jawa Timur tanggal 28 April 1996.
3. Replika
Pesawat Guntai. Pesawat ini sumbangan dari KSAU Marsekal pertama Sutria Tubagus
pada tanggal 29 juli 1996.
4. Meriam
PSU - S60 kal. 57 mm dan PSU Bofors L-60 kal. 40 mm.
5. Daftar
nama – nama 420 Pahlawan yang gugur antara 19 Desember 1948 hingga 29 Juni 1949
serta puisi Karawang Bekasi-nya Chairil Anwar untuk pahlawan yang tidak
diketahui namanya.
B.
Koleksi
Lantai Satu
1. Patung
Dada Panglima Besar Jenderal Sudirman dan Letnan Jenderal Oerip Soemoharjo.
2. Panil
foto pelaksanaan Pembangunan Monumen Jogja Kembali.
3. Patung
foto Imam Bonjol ( 1722 - 1864 ).
4. Meriam
Jugo M - 48.
5. Meriam PSU akan Bofors.
6. Patung Teungku Umar ( 1854 - 1899 ).
7. Patung Tjut Nya dien ( 1850 - 1908 ).
8. Dinding Ruang Serbaguna.
C.
Koleksi
Museum
Ruang museum yang merupakan ruang pamer tetap dengan
tema “Seputar
Pelaksanaan Serangan Umum 1 Maret 1949”.
1. Peta
Timbul Serangan Umum 1 Maret 1949
2. Seperangkat
Meja Kursi
3. Vitrin
Sudut
4. Dinding
Ruang Museum Sebelah Utara
5. Meja
Kerja Sri Sultan Hamengkubuwono IX
6. Meja
Kerja Sri Paduka Paku Alam VIII
7. Bagan
Susunan Pemerintahan.
D.
Koleksi
Relief
Ø Di
lantai II pada lapik luar pagar langkan yang mengelilingi tubuh Monumen
dipaparkan 40 epiode relief yang menggambarkan perjuangan fisik, diplomasi
bangsa Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 hingga tanggal 28
Desember 1949 ketika Presiden Soekarno akan meninggalkan kota Yogyakarta.
E.
Koleksi
Diorama
Ø Di
dalam bangunan tepatnya dilantai II, disajikan10 episode dengan ukuran life
size yang menggambarkan perjuangan fisik diplomasi bangsa Indonesia sejak
Agresi Militer Belanda kedua tanggal 19 Desember 1948, Serangan Umum 1 Maret,
Perjanjian Roem Royen hingga Peringatan
Proklamasi keempat tanggal 17 Agustus 1949 di Gedung Agung Yogyakarta.
F.
Ruangan
Garbha Graha
Ø Lantai
teratas merupakan tempat hening berbentuk lingkaran, dilengkapi dengan tiang
bendera yang dipasangi bendera merah putih di tengah ruangan, Unit Kata Mutiara
(Pesan Pelaku Pejuang) relief gambar tangan yang menggambarkan perjuangan fisik
pada dinding barat dan perjuangan diplomasi pada dinding timur. Ruangan bernama
Garbha Graha itu berfungsi sebagai tempat mendoakan para pahlawan dan merenungi
perjuangan mereka.
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
3.1
Landasan Teori
Pertempuran yang dikenal dengan Serangan Umum 1
Maret inilah yang menjadi awal pembuktian pada dunia internasional bahwa TNI
masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan serta menyatakan bahwa
Republik Indonesia masih ada. Hal ini dibuktikan setelah Tentara Nasional
Indonesia (TNI) berhasil menduduki Kota Yogyakarta selama enam jam, dan
berhasil memukul mundur pasukan Belanda. Hal ini tentu mematahkan propaganda
yang dimunculkan oleh pihak Belanda yang menyatakan Republik Indonesia sudah
tidak ada. Untuk mengenang peristiwa sejarah perjuangan bangsa, pada tanggal 29
Juni 1985, atas gagasan Kolonel Soegiarto, Wali Kota Yogyakarta saat itu maka
dibangun Monumen Yogya Kembali (Monjali). Peletakkan batu pertama monumen
setinggi 31,8 meter dilakukan oleh HB IX setelah melakukan upacara tradisional
penanaman kepala kerbau. Empat tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 6 Juli
1989, bangunan ini selesai dibangun. Pembukaannya diresmikan oleh Presiden
Suharto dengan penandatanganan Prasasti. Seiring berkembangnya zaman, Monumen
Jogja Kembali kini menjadi salah satu tempat yang cukup diminati pengunjung
yang ingin berekreasi sambil mempelajari tentang sejarah. Terutama kalangan pelajar.
Dengan dilakukannya kegiatan tersebut diharapkan agar generasi muda dapat
lebih memahami tentang sejarah dan dapat
mengapresiasikan dalam kehidupannya.
3.2. Pemecahan
Masalah
Setelah penulis mengadakan pengamatan lokasi Monumen
Jogja Kembali dan mencari informasi dari beberapa sumber, penulis dapat
mengetahui peranan Monumen Jogja Kembali sebagai tempat wisata pendidikan. Dalam
peranannya sebagai tempat wisata pendidikan, Monumen Jogja Kembali dapat
menjalankan fungsinya sesuai dengan tujuannya yaitu, untuk membantu para
generasi muda dalam memahami sejarah secara lebih dekat dan menyenangkan.
Sehingga para generasi muda tidak akan
merasa bosan karena selama ini mereka hanya bisa mendengar perjalanan
perjuangan melalui guru-guru sejarah di
sekolah, atau cerita seorang kakek pada cucunya. Dengan adanya Monumen Yogya
Kembali para generasi muda dapat lebih mudah mendapatkan gambaran yang lebih
jelas tentang bagaimana kemerdekaan itu tercapai. Dengan melihat berbagai
diorama, relief yang terukir atau koleksi pakaian hingga senjata yang pernah
dipakai oleh para pejuang kemerdekaan.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Setelah penulis
melakukan observasi dan mencari informasi dari berbagai sumber, maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa Monumen Jogja Kembali merupakan tempat yang cocok untuk berwisata sambil mempelajari
tentang sejarah perjuangan pada masa lalu. Mayoritas pengunjung yang datang
berasal dari kalangan pelajar. Disana para pengunjung dapat menyaksikan labih
dekat tentang gambaran perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan
kemerdekaan. Melalui relief-relief dan diorama yang menceritakan bagaimana
sengitnya pertempuran yang terjadi antara rakyat Indonesia melawan para
penajajah. Melalui hal tersebut, tentu saja sangat membantu para pengunjung
terutama kalangan pelajar untuk mempelajari sejarah secara lebih dekat dan
menyenangkan.
4.2
Saran
Di
akhir karya tulis ini, penulis ingin memberi saran kepada :
1. Pengurus
Monumen Jogja Kembali
Sebaiknya Museum
dijaga dengan ketat dari para pengemis dan gelandangan yang memanfaatkan
kesempatan untuk berbagai kepentingan. Dan juga, sebaiknya fasilitas dan
kebersihan serta keamanan museum lebih ditingkatkan untuk menjaga suasana yang
kondusif.
2. Pembaca
Untuk dapat
memanfaatkan karya tulis ini guna menambah pengetahuan, dan memahami
benar-benar tentang isi dari karya tulis.
thaks ya
BalasHapus