Selasa, 18 Desember 2012

Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Luar Negeri


Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Luar Negeri
(Tugas Konsep Kebidanan)


A.    Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Negara Belanda

Pada pertengahan abad ke-17 bidan adalah profesi penting dan dihormati di komunitas  kolonial Belanda. Pada saat itu, kadangkala bidan juga berperan sebagai perawat yang merawat orang sakit dan sekarat, mengurus jenazah, dan sebagai dokter hewan. Pada kala itu bidan mendapatkan balas jasa berupa tanah dan rumah, sebagai penghargaan atas pengabdian mereka. Akan tetapi terdapat berbagai faktor yang menurunkan derajat bidan di mata masyarakat. Faktor-faktor tersebut mencakup perilaku religius, kebutuhan ekonomi, pengambilan tugas dan tanggung jawab oleh dokter, pendidikan yang tidak mendukung dan tidak adanya organisasi kebidanan, peningkatan jumlah imigran serta status wanita yang direndahkan.
a.       Perilaku Religius
Pada awal abad ke-17 banyak bidan berasal dari Inggris yang keberadaannya merupakan bantuan dari gereja, sehingga penilaian moral lebih di tekankan. Seorang bidan dituntut untuk memiliki karakter atau perilaku yang baik. Bidan tersebut disumpah dan memiliki kewenangan untuk mendengarkan pengakuan dosa dan melakukan pembaptisan. Akan tetapi kewenangan itu menimbulkan kontroversi, karena dalam sumpahnya seorang bidan juga harus bertanya dan memaksa ibu untuk mengatakan ayah sang bayi yang sebenarnya. Hal ini tentunya dianggap sebagian orang tidak etis. Selain itu, para bidan di daerah pedesaan seringkali dianggap sebagai seorang penyihir dikala bayi yang dilahirkan cacat.

b.      Kebutuhan Ekonomi
Pada awal abad ke-18, imbalan yang diberikan kepada bidan tidak lagi mencukupi. Bidan hidup dalam ekonomi yang morat marit meskipun mereka tinggal di kota besar. Pada saat itu, tidak ada lembaga atau organisasi yang mengatur standar upah yang layak bagi bidan.

c.       Pengambil Alihan Tugas dan Tanggung Jawab oleh Dokter
Pada awal abad ke 18, masyarakat kelas atas lebih percaya pada dokter yang di dominasi oleh pria. Sehingga mereka meremehkan kebaradaan bidan yang sebagian besar adalah wanita.

d.      Pendidikan yang Tidak Mendukung dan Tidak Adanya Organisasi Kebidanan
Abad ke 18 dan 19 merupakan titik pesatnya perkembangan dunia medis, keperawatan serta praktek obsetri. Tetapi sayangnya perkembangan ini tidak dialami profesi kebidanan. Tidak ada sistem yang terorganisasi untuk pendidikan bagi bidan, kurangnya sekolah formal kebidanan, tidak adanya organisasi kebidanan dan jurnal ilmiah dalam skala nasional, serta pengakuan legal terhadap profesi kebidanan membatasi komunikasi antara sesama bidan sehingga mereka terisolasi satu sama lain.

e.       Peningkatan Jumlah Imigran
Peningkatan imigrasi pada masa revolusi industri membuat kondisi kebidanan masih tetap sama. Hal ini terjadi karena banyak bidan imigran yang tidak bisa berbahasa Inggris dan tidak memiliki akses ke sistem pelayanan kesehatan yang ada khususnya bidan kulit hitam karena masalah Resisme.

f.       Status Wanita yang Direndahkan
Turunnya pamor bidan dimata masyarakat di perburuk dengan status wanita yang direndahkan saat itu,. Wanita dipandang sebagai objek eksploitasi secara ekonomi, dan dianggap tidak kompeten dalam bidang politik dan sosial. Peran pria yang sangat mendominasi di masyarakat menjadikan posisi bidan terpojok dan acap kali disalahkan bila terjadi kematian pada ibu dan bayi.


B.     Perkembangan Pelayanan Kebidanan di Negara Amerika

Pada pertengahan abad ke 17, sesuai dengan catatan informasi yang tercatat dalam catatan dan piagam kota : bidan merupakan profesi penting dalam kehidupan masyarakat kolonial dan di perlakukan dengan sangat hormat, dan mereka disediakan rumah, tanah, makanan dan honor sebagai bayaran untuk pelayanan mereka.
Pada abad ke 19, para bidan merintis menempuh perjalanan melewati dataran luas dengan mengendarai wagon tertutup, mengikuti jalur Oregon dan Santa Fe. Sejarah Mormon mencatat peran terhormat dan fungsi kepahlawanan bidan selama perjalanan mereka dari Illinois ke Utah pada tahun 1864-1847.Pada tahun 1765 pendidikan formal untuk bidan mulai dibuka.
Akhir abad ke 18 banyak kalangan medis berpendapat bahwa secara emosi dan intelektual wanita tidak dapat belajar dan menerapkan metode obsetrik. Pendapat ini digunakan untuk menjatuhkan profesi bidan sehingga bidan tidak mempunyai pendukung, uang, tidak terorganisir dan dianggap tidak professional.
            Pada tahun 1770-1820 para wanita di golongan atas dikota- kota besar melahirkan dengan ditolong oleh “Bidan Pria” atau Dokter. Bidan hanya melayani persalinan wanita yang tidak mampu membayar dokter. Pada masa itu juga terjadi perubahan persepsi dimana kelahiran adalah masalah medis yang harus ditangani dokter.  Hal tersebut di perparah dengan pernyataan dari dokter Joseph de Lee yang menyatakan bahwa kelahiran merupakan hal yang pathologis dan bidan bidan tidak mempunyai peran di dalamnya, dan diberlakukan protap pertolongan persalinan di AS yaitu: (1) diberikannya sedative pada awal inpartu, (2) membiarkan serviks berdilatasi, (3) memberikan ether pada kala II, (4) melakukan episiotomy, (5) melahirkan bayi dengan forcep ekstraksi, (6) memberikan uterustonika, serta (7) menjahit episiotomy. Akibat dari protap tersebut, angka kematian ibu mencapai 600-700/ 100.000 keluarga.  
Perkembangan kesempatan untuk melakukan praktek klinik kebidanan berjalan lambat hingga menjelang akhir tahun 1960-an. Namun sebelum tahun 1968 bidan mulai bekerja pada program perawatan kebidanan Maternal Infant Care (MIC)di kota New York  untuk melakukan praktek maternalitas di klinik dalam masyarakat yang masih memilikikaitan rumah sakit.
            Masa pencerahan untuk profesi bidan mulai nampak sejak dipublikasikannya hasil penelitian terbaru dari badan pengawas obat Amerika yang menyatakan bahwa ibu bersalin yang menerima anasthesi dalam dosis tinggi telah melahirkan anak-anak yang mengalami kemunduran perkembangan psikomotor. Pernyataan ini menyebabkan: (1) masyarakat mulai tertarik dengan proses persalinan alamiah,(2) persalinan dilakukan di rumah, dan (3) peran bidan mulai dominan dalam penanganan persalinan secara alamiah.
            Hingga pada tahun 1982 MANA ( Midwife Alliance of  North Amerika) dibentuk untuk meningkatkan komunikasi antar bidan serta membuat peraturan sebagai dasar kompetensi untuk melindungi bidan.
 
DAFTAR PUSTAKA



Estiwidani, Meilani, dkk.(2008). Konsep Kebidanan. EGC. Yogyakarta
Soepardan, Dra. Hj. Suryani. (2007). Konsep Kebidanan. EGC . Jakarta
Sofyan, Mustika,et all. (2004). 50 Tahun IBI Menyongsong Masa Depan  Cetakan ke-III. PP IBI. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar